Batu Bara, Ucup News.com
Peringatan keras kembali dilontarkan Ketua DPD Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Batu Bara, Ir. Azwar Hamid, terkait ancaman banjir besar yang berpotensi menghantam wilayah pesisir pada Desember 2025, berdasarkan kajian geofisika dan tren cuaca, Azwar menilai situasi ini bukan lagi potensi, melainkan ancaman nyata yang harus segera direspons.
Azwar menjelaskan bahwa kontur wilayah Batu Bara sejak lama dikenal sebagai dataran rendah dengan elevasi hanya 0 - 3 meter di atas permukaan laut (DPL), sementara area yang tergolong dataran tinggi hanya berkisar 5 - 8 meter DPL.
“Fakta geografis ini menjadikan Batu Bara sebagai daerah dengan kerentanan banjir sangat tinggi, apalagi ketika curah hujan ekstrem,” tegasnya, Senin (1/12/2025).
Prediksi BMKG : Hujan Intensitas Tinggi dan Durasi Panjang
Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa curah hujan pada Desember 2025 berada pada level tinggi, kondisi ini diperparah ketika bersamaan dengan pasang besar, bulan purnama, atau fenomena rob.
"Jika hujan deras bertemu pasang besar, banjir bukan hanya tinggi tetapi juga bertahan lebih dari 10 hari. Ini siklus yang sangat berbahaya bagi wilayah pesisir,” ujar Azwar.
Drainase Dikebiri, Sungai Disumbat : Potret Buruk Tata Ruang
Azwar juga menyoroti lemahnya pengendalian tata ruang perkotaan, Ia menyebut banyak drainase di beberapa kecamatan justru dipersempit, dicor, bahkan dialihfungsikan demi kepentingan bisnis, terutama pembangunan ruko dan perluasan lahan.
“Ini bukan sekadar kesalahan teknis, tetapi pengabaian terhadap keselamatan publik,” kritiknya.
Di sejumlah titik di Kecamatan Medang Deras, Azwar menyebut telah terjadi praktik penutupan aliran sungai untuk kepentingan perkebunan sawit.
“Ketika sungai ditutup, air tidak punya jalur keluar. Hasilnya : banjir cepat, tinggi, dan meluas,” tegasnya.
Ancaman Pencemaran Saat Banjir : Industri Diduga Manfaatkan Situasi
Ancaman lain yang disorot Azwar adalah potensi pembuangan limbah industri ketika banjir atau pasang besar terjadi. Menurutnya, cuaca buruk membuat nelayan tidak dapat melaut sehingga pengawasan di laut melemah.
“Situasi ini rawan dimanfaatkan industri untuk membuang limbah. Jika ikan mati, tidak ada yang tahu. Ini berbahaya dan merusak ekosistem,” katanya.
Peringatan Keras untuk Pemerintah Daerah
Azwar menegaskan bahwa pihaknya sudah berulang kali mengingatkan tentang potensi banjir besar yang dipicu kombinasi hujan ekstrem, pasang besar, dan kerusakan tata ruang.
“Pertanyaannya sekarang sederhana : siapkah kita menghadapi banjir besar ini?” tutupnya. (Red).











0 Komentar