![]() |
Ketua Pimpinan Daerah (PD) Al Jam’iyatul Washliyah Batu Bara, Ustadz Al Asari. |
Batu Bara, Ucup News.com
Angin kencang disertai hujan deras menerjang wilayah Batu Bara, Sumatera Utara, pada Sabtu tanggal 7 Juni 2025, mengakibatkan kerusakan di 14 desa yang tersebar di tiga kecamatan: Medang Deras, Sei Suka, dan Lima Puluh Pesisir.
Data sementara dari BPBD mencatat sebanyak 109 rumah warga mengalami kerusakan, mayoritas dalam kategori rusak sedang. Satu unit masjid juga turut terdampak dengan kerusakan ringan. Meski demikian, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Peristiwa ini mengundang keprihatinan dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Ketua Pimpinan Daerah (PD) Al Jam’iyatul Washliyah Batu Bara, Ustadz Al Asari, yang mengajak masyarakat untuk melakukan taubat nasuha dan memperkuat solidaritas sosial.
“Musibah ini adalah bentuk teguran dari Allah SWT agar kita kembali kepada - Nya. Sudah saatnya kita mengevaluasi diri, memperbaiki akhlak, dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan yang kian marak di tengah masyarakat,” ujar Al Asari.
Ia menyoroti meningkatnya praktik - praktik menyimpang di wilayah Batu Bara seperti judi (online dan tembak), peredaran narkoba, hingga perilaku LGBT, yang menurutnya turut memberi dampak sosial dan spiritual, termasuk meningkatnya kasus HIV/AIDS.
Ajak Donasi untuk Korban
Tak hanya menyerukan taubat, Al Asari juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya keluarga besar Al Washliyah, untuk bergerak dalam penggalangan dana dan bantuan kemanusiaan bagi warga terdampak.
“Kami menghimbau kepada seluruh organisasi bagian dan simpatisan Al Washliyah di Batu Bara agar turun tangan. Saatnya kita wujudkan kepedulian nyata bagi saudara - saudara kita yang tertimpa musibah,” ungkapnya.
Dalam kondisi cuaca ekstrem dan tantangan sosial yang kompleks, Ustadz Al Asari menekankan pentingnya sinergi antara keimanan, amal sosial, dan ketangguhan masyarakat.
Aksi Nyata Ditunggu
Musibah ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Batu Bara untuk tidak hanya menata ulang lingkungan fisik, tetapi juga membenahi aspek moral dan spiritual. Taubat, gotong royong, dan empati sosial diharapkan menjadi kunci membangun ketahanan bersama di tengah cobaan yang datang tak terduga. (Red).
0 Komentar